Jumat, 30 Januari 2015

RINDU
BY TERE LIYE


Sinopsis :

"Apalah arti memiliki,
ketika diri sendiri bukanlah milik kami?

Apalah arti kehilangan,
ketika kamu sebenarnya menemukan banuak saat kehilangan,
dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?

Apalah arti cinta,
ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah?
Bagaimana mungkin, kami tertunduk patah hati atas 
sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun?

Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak
melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat
kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya 
setipis benang saja."

Ini adalah kisah tentang masa lalu yang memilukan. Tentang
kebencian kepada seseorang yang seharusnya disayangi.
Tentang kehilangan kekasih hati, Tentang cinta sejati. Tentang
kemunafikan. Lima kisah dalam sebuah perjalanan panjang
kerinduan.

Selamat Membaca..

Kisah ini menceritakan tentang perjalanan haji yang dilakukan Ahmad Karaeng (Gurutta), Daeng Andipati beserta istri dan anaknya Elsa dan Anna. Tentang Bonda Upe, tentang Ambo Uleng, tentang sepasang suami istri yang sudah menikah 60 tahun lamanya dan melakukan perjalanan haji ini demi membuktikan cintanya, Mbah Kakung dan Mbah Putri.

Dalam sebuah perjalan selalu ada pertanyaan, Novel ini menyajikan 5 pertanyaan yang diajukan oleh penumpang perjalanan haji ini. 

Lima pertanyaan dari lima penumpang kapal diceritakan secara runtut dan mudah dipahami pembaca. Ceritanya mengalir begitu saja. Pun dengan jawaban atas pertanyaan tersebut, mudah diterima.

Cara terbaik menghadapi masa lalu adalah dengan dihadapi. Berdiri gagah. Mulailah dengan damai menerima masa lalumu? Buat apa dilawan? Dilupakan? Itu sudah menjadi bagian hidup kita. Peluk semua kisah itu. Berikan dia tempat terbaik dalam hidupmu. Itulah cara terbaik mengatasinya. (hal 312)
Penggalan paragraf diatas adalah jawaban atas pertanyaan pertama. Lugas dan jelas bukan? Banyak pelajaran hidup dan nilai moral yang dapat kita ambil dari membaca novel ini. Bahkan meski apa yang kita alami tidak sama persis dengan apa yang dialami oleh tokoh dalam cerita, nilai-nilai tersebut tetap baik jika diterapkan dalam kehidupan kita.

"... aku membencinya. Aku membenci ayahku sendiri." (hal. 370)

"Ada orang-orang yang kita benci. Ada pula orang-orang yang kita sukai. Hilir mudik datang dalam kehidupan kita. Tapi apakah kita berhak membenci orang lain? ... Pikirkan dalam-dalam, kenapa kita harus benci? Kenapa? Padahal kita bisa saja mengatur hati kita, bilang saya tidak akan membencinya. Toh itu hati kita sendiri. Kita berkuasa penuh mengatur-aturnya. Kenapa kita tetap memutuskan membenci? Karena boleh jadi, saat kita membenci orang lain, kita sebenarnya sedang membenci diri sendiri." (hal. 373)

Dan bagi kawula muda serta remaja-remaja yang sering mempertanyakan arti cinta sejati, maka novel ini pun hadir memberikan jawabannya.
" Apakah cinta sejati itu? Maka jawabannya, dalam kasus kau ini, cinta sejati adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu, maka semakin tulus kau melepaskannya. Persis seperti anak kecil yang menghanyutkan botol tertutup di lautan, dilepas dengan rasa suka-cita. Aku tahu, kau akan protes, bagaimana mungkin? Kita bilang itu cinta sejati, tapi kita justru melepaskannya. Tapi inilah rumus terbalik yang tidak pernah dipahami para pencinta. Mereka tidak pernah mau mencoba memahami penjelasannya, tidak bersedia." (hal.492)

Novel ini sarat makna bagi pembacanya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan meninggalkan komen dengan bahasa yang sopan yaa :)